BPJS: Antara Gotong Royong dan Rasa “Rugi Kalau Nggak Dipakai”

Oleh: Erta Priadi Wirawijaya, Sp. JP

erta priadi bpjs

BPJS Kesehatan sering menjadi topik hangat. Banyak yang merasa rugi kalau sudah bayar iuran tapi tidak pernah menggunakannya. Akibatnya, ada yang berobat hanya untuk keluhan sederhana, seperti demam ringan atau pegal-pegal, padahal cukup istirahat dan beli paracetamol di minimarket juga bisa sembuh.

Sistem asuransi seperti BPJS sebenarnya bukan untuk memastikan Anda “dapat kembali” dari apa yang Anda bayar. Ini soal gotong royong: uang yang Anda bayarkan digunakan untuk membantu mereka yang kurang beruntung dan membutuhkan biaya besar untuk pengobatan penyakit serius. Prinsipnya sederhana: Anda sehat, Anda membantu yang sakit.

Ada pemikiran bahwa kalau kita bayar sesuatu, itu harus dipakai biar nggak rugi. Jadi, ada yang ke dokter hanya untuk keluhan kecil, seperti sakit perut setelah makan mi Gacxan pedas level 8. Padahal, masalahnya cuma karena lambung yang kaget kena serangan rasa pedas, bukan hal yang serius. Kalau semua orang dengan masalah seperti ini langsung ke dokter dan menggunakan BPJS, beban sistem akan semakin berat.

Coba bayangkan tingkat utilisasi BPJS kalau semua penyakit ringan ditanggung. Dokter di PPK 1 atau puskesmas akan kewalahan menangani keluhan-keluhan yang sebenarnya bisa diatasi sendiri di rumah. Sistem ini akan terlalu penuh, sehingga yang benar-benar membutuhkan perawatan bisa jadi tidak mendapatkan layanan optimal.

Banyak yang membandingkan BPJS dengan sistem asuransi kesehatan di negara maju. Di beberapa negara, pajak yang dibayar masyarakat bisa mencapai 50% dari penghasilan, sebagian besar digunakan untuk kesehatan. Ada juga yang membayar iuran kesehatan di atas $100 per bulan. Namun, meski sudah bayar mahal, mereka tetap harus membayar biaya tambahan atau iur bayar atau copayment untuk kunjungan dokter atau pembelian obat tertentu.

Sementara itu, di Indonesia, iuran BPJS tergolong sangat rendah, mulai dari Rp35.000 per bulan. Dengan iuran serendah itu, banyak yang berharap semua pengobatan gratis tanpa biaya tambahan. Tapi kenyataannya, sistem asuransi seperti ini tidak berkelanjutan jika utilisasinya terus meningkat tanpa kontrol.

Salah satu cara mengatasi pemikiran “rugi kalau nggak dipakai” adalah dengan menambahkan biaya tambahan kecil atau copayment. Misalnya, setiap kunjungan ke PPK 1 dikenakan biaya Rp5.000-10.000. Angka ini tidak terlalu besar dibandingkan biaya konsultasi dokter yang bisa mencapai Rp100.000-200.000. Atau biaya tambahan perawatan Rp. 500,000,- angka ini tidak terlalu besar dibandingkan jika anda harus bayar total biaya rawat 10 juta.

Biaya tambahan ini bisa membantu menyaring kunjungan yang tidak perlu. Orang akan berpikir dua kali sebelum berobat hanya karena sakit perut setelah makan pedas. Ini juga mendorong tanggung jawab individu dalam menjaga kesehatan. Kalau tahu lambung sudah bermasalah, ya jangan makan mi pedas level 8, cukup level 1 saja, atau lebih baik hindari pedas.

BPJS seharusnya fokus pada kasus-kasus berat yang bisa membuat seseorang bangkrut jika harus membayar sendiri. Misalnya, pemasangan ring jantung, cuci darah, atau transplantasi organ. Biaya untuk tindakan ini sangat mahal, dan tanpa bantuan BPJS, banyak orang tidak akan mampu menanganinya.

Namun, jika BPJS terus menanggung kasus ringan yang tidak darurat, seperti flu, batuk, atau sakit perut biasa, sistem ini akan semakin terbebani. Anggaran yang seharusnya digunakan untuk menyelamatkan nyawa akan habis untuk hal-hal yang sebenarnya bisa ditangani tanpa dokter.

Sebagai masyarakat, kita harus memahami bahwa BPJS adalah bentuk gotong royong. Uang yang kita bayarkan digunakan untuk membantu saudara kita yang membutuhkan. Kalau Anda sehat dan tidak pernah menggunakan BPJS, itu sebenarnya hal yang baik. Itu artinya, Anda berkontribusi untuk membantu orang lain tanpa harus menderita sendiri.

Namun, untuk mengatasi pemanfaatan yang berlebihan, sistem BPJS memang perlu sedikit penyesuaian. Selain iur bayar kecil, edukasi masyarakat tentang pentingnya tanggung jawab pribadi dalam menjaga kesehatan juga sangat penting. BPJS bukanlah pelampung untuk semua masalah kesehatan. Kita harus belajar membedakan mana yang benar-benar membutuhkan perawatan medis, dan mana yang cukup diatasi sendiri.

Jadi, jangan merasa rugi kalau Anda membayar BPJS tapi tidak pernah menggunakannya. Justru itu menunjukkan Anda sehat dan tidak membutuhkan perawatan medis berat. Ingatlah bahwa BPJS adalah bentuk gotong royong untuk membantu mereka yang kurang beruntung.

Namun, untuk menjaga keberlanjutan sistem ini, perlu ada pembatasan dan pengendalian, misalnya melalui iur bayar kecil untuk kunjungan yang tidak darurat. Dengan cara ini, kita bisa memastikan bahwa BPJS tetap menjadi penyelamat bagi mereka yang benar-benar membutuhkan, tanpa membebani sistem secara berlebihan. Dan tentu saja, kesehatan Anda tetap menjadi tanggung jawab Anda sendiri. Jadi, makan pedas boleh, tapi jangan level 8 kalau tahu lambung Anda sudah pernah bermasalah! (Diambil dari akun FB Erta Priadi Wirawijaya, seorang dokter spesialis jantung di RSKC, tanggal 7 Januari 2024).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *