suze orman asuransi jiwa

Setiap manusia punya nilai, dan kita bisa memandangnya dari beragam segi. Tapi bicara nilai yang dapat dihitung dengan mudah, itu adalah tentang nilai ekonomis.

Nilai ekonomis berarti bayaran yang diterima seseorang untuk pekerjaan yang dia lakukan. Atau dengan kata lain, kemampuan seseorang dalam menghasilkan uang.

Jika anda memiliki penghasilan 10 juta per bulan, berarti nilai ekonomis diri anda adalah 10 juta per bulan. Selama anda hidup dan bekerja, uang 10 juta rupiah tiap bulan akan bisa anda bawa pulang ke rumah.

Tapi bagaimana jika anda tidak ada, masihkah keluarga anda memperoleh uang 10 juta per bulan, atau setidaknya sejumlah nafkah untuk keluarga yang ditinggalkan?

Pada umumnya tidak, kecuali orang-orang tertentu yang punya aset banyak atau bisnis yang bisa diwariskan (dan bisa dikelola dengan sama baiknya oleh orang yang menerima warisan).

Tapi ada satu cara yang bisa menggantikan nilai ekonomis seseorang dalam waktu singkat ketika yang bersangkutan meninggal dunia, yaitu asuransi jiwa. Syaratnya, asuransi jiwa diambil ketika orang itu masih hidup dan sehat.

Dengan asuransi jiwa, ketika seseorang meninggal dunia, maka keluarganya akan menerima sejumlah uang pertanggungan yang bisa digunakan untuk membiayai kehidupan mereka selanjutnya. Uang asuransi jiwa juga bermanfaat untuk membayar utang (jika ada), cadangan biaya pendidikan anak, dan yang pasti untuk mengganti biaya kematian berikut tradisi yang menyertainya.

Cara Menghitung Uang Pertanggungan Jiwa

Berapa idealnya uang pertanggungan yang harus diambil? Ada tiga metode dalam menghitung kebutuhan UP, yaitu Human Life Value, Income Based Value, dan Financial Needs Based Value. Tapi semua itu agak rumit untuk diterangkan. Jadi kita pakai cara yang sederhana saja.

Idealnya, uang pertanggungan asuransi jiwa cukup untuk membayar biaya hidup keluarga yang ditinggalkan (termasuk pendidikan anak) sampai anak-anak mandiri. Yang dijadikan patokan di sini adalah biaya hidup, bukan penghasilan. Dan ini di luar biaya untuk penyelenggaraan upacara kematian dan untuk membayar utang orang yang meninggal, jika ada.

Sebagai contoh, jika anak terkecil umur 3 tahun, dan dia akan mandiri diperkirakan pada umur 23 tahun (setelah lulus kuliah), berarti uang pertanggungan yang disiapkan harus cukup untuk menghidupi keluarga ini selama 20 tahun ke depan. Ini cukup besar, tapi kalau anak masih kecil, usia ayahnya biasanya masih muda, sehingga preminya mungkin masih terjangkau.

Jika anak terkecil berusia 10 tahun dan diperkirakan mandiri umur 23 tahun, berarti UP yang disiapkan harus cukup untuk 13 tahun ke depan. Kebutuhan UP-nya lebih kecil, tapi usia si pencari nafkah tentunya sudah lebih tua, sehingga dari segi premi mungkin akan setara dengan contoh sebelumnya. Atau jika anak terkecil berusia misalnya 18 tahun dan kemungkinan bisa mandiri umur 23 tahun, UP yang diambil cukup sebesar 5 kali kebutuhan tahunan. UP lebih kecil, tapi usia tertanggung sudah lebih tua lagi.

Nah, silakan hitung kebutuhan asuransi jiwa anda dengan cara ini.

Jika anak anda masih bayi, atau anda masih berencana menambah anak, kebutuhan asuransi jiwa anda akan lebih panjang lagi dari 20 tahun. Anda bisa memakai pendekatan Income Based Value, yaitu anda mengambil UP dengan asumsi jika disimpan di instrumen keuangan seperti deposito dan obligasi, bunganya saja akan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga tanpa mengurangi pokok simpanan. Jadi, metode ini akan berlaku untuk selama-lamanya. Tapi dengan tingkat bunga yang semakin rendah saat ini, di mana deposito hanya sekitar 3% dan obligasi di bawah 5% (belum dipotong pajak), cara ini akan membutuhkan UP yang sangat besar.

Tapi anda tidak perlu menyelesaikan semua kebutuhan asuransi anda saat ini, kecuali anda mampu melakukannya. Dan jika sekarang belum ideal, anda bisa mengambil UP yang sesuai kemampuan anda. Nanti bisa ditingkatkan jika penghasilan anda meningkat signifikan.

Contoh Perhitungan

Contoh pertama.

Seorang pencari nafkah usia 33 tahun, memiliki dua anak di mana anak terkecil berusia 3 tahun. Biaya hidup keluarganya 10 juta per bulan. Berapakah kebutuhan asuransi jiwanya?

Dengan asumsi anak akan mandiri di usia 23 tahun, berarti kebutuhan asuransi jiwanya untuk 20 tahun ke depan. Maka UP jiwa yang dibutuhkan adalah 10 juta x 12 bulan x 20 tahun = 2,4 miliar.

Berapa premi untuk mendapatkan UP 2,4 miliar untuk pria usia 33 tahun?

Jika memakai produk Tapro dari Allianz, preminya adalah 850 ribu per bulan, atau sekitar 10 juta per tahun. Jika pencari nafkah ini penghasilannya pas-pasan 10 juta sesuai pengeluarannya, premi segini mungkin terasa berat, tapi bisa diusahakan. Jika tidak, bisa ambil UP sesuai premi yang dirasa nyaman.

Contoh kedua.

Seorang pencari nafkah usia 40 tahun dengan anak terkecil usia 10 tahun, biaya hidup keluarga 10 juta per bulan. Berapakah kebutuhan asuransi jiwanya?

Dengan asumsi anak akan mandiri di usia 23 tahun, berarti kebutuhan asuransi jiwanya untuk 13 tahun ke depan. Maka UP jiwa yang dibutuhkan adalah 10 juta x 12 bulan x 13 tahun = 1,56 miliar.

Berapa preminya?

Jika memakai produk Tapro dari Allianz, preminya adalah 900 ribu per bulan, atau hampir 11 juta per tahun. Masih bisa diusahakan. Atau bisa ambil UP lebih rendah yang penting preminya nyaman.

Contoh ketiga.

Seorang single mother usia 35 tahun memiliki anak usia 5 tahun. Biaya hidupnya 5 juta per bulan. Berapakah kebutuhan asuransi jiwanya?

Dengan asumsi anaknya akan mandiri usia 23 tahun, berarti kebutuhan asuransi jiwanya adalah untuk 18 tahun ke depan. Maka UP jiwa yang dibutuhkan adalah 5 juta x 12 bulan x 18 tahun = 1,08 miliar.

Berapa preminya?

Jika memakai produk Tapro dari Allianz, preminya adalah 400 ribu per bulan atau 4,8 juta per tahun.

Kesimpulan dan Saran

Apakah harus mengambil UP sesuai kebutuhan? Idealnya begitu, tapi tentu saja segala keputusan harus berpijak pada realitas. Lagi pula kebutuhan asuransi itu bukan hanya asuransi jiwa, tapi juga asuransi kesehatan yang ini harus ada untuk seluruh anggota keluarga. Jika asuransi kesehatan sudah ditanggung kantor, anda bisa fokus ke asuransi jiwa. Atau jika belum ada, anda bisa menghemat biaya dengan mengambil asuransi kesehatan yang disediakan pemerintah (JKN BPJS). Tapi jika dana tak masalah, tentunya lebih baik punya asuransi kesehatan di luar JKN BPJS agar lebih nyaman.

Sebetulnya asuransi jiwa dan kesehatan saja belum cukup. Seorang pencari nafkah perlu juga memiliki asuransi kecelakaan dan penyakit kritis, karena kedua risiko tsb juga bisa menurunkan nilai ekonomis atau kemampuan menghasilkan uang. Selain itu perlu juga asuransi untuk rumah tinggal dan kendaraan.

Idealnya, penghasilan jauh lebih besar daripada pengeluaran, agar masih tersedia alokasi untuk tabungan, investasi, dan asuransi. Tapi jika pas-pasan, tetaplah alokasikan berapa pun yang dimampu untuk melindungi nilai ekonomis anda.

Demikian.


 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *