asuransi kematian

Apakah anda pernah diajak bertemu oleh agen asuransi, ditawarkan produk asuransi? Atau mungkin anda pernah – istilahnya – diprospek oleh agen asuransi agar anda beli produk asuransi dari mereka? Bagaimana tanggapan anda?

Mungkin di antara anda ada yang merasa jengkel diajak masuk asuransi, apalagi jika agen asuransinya terlalu gigih dalam menawarkan produknya sehingga terkesan memaksa. Tapi ketahuilah, sebetulnya agen asuransi bermaksud baik kepada anda. Mereka peduli dengan nasib anda dan keluarga anda, di masa depan.

Mirip dengan para ustadz atau tokoh agama yang juga bermaksud baik kepada anda ketika mereka menyampaikan tentang ajaran-ajaran agama. Para ustadz tidak bicara untuk kepentingan pribadi. Mereka peduli dengan nasib anda dan keluarga anda, di hari kemudian.

Dan sadarilah, sebetulnya pesan-pesan yang disampaikan agen asuransi memiliki banyak kesamaan dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh ustad.

Apa saja itu? Setidaknya ada 5 kesamaan:

Pertama, ustadz dan agen asuransi sama-sama mengingatkan akan kematian.

Mengingat kematian atau dzikrul maut sangat dianjurkan dalam agama Islam. Saat mengingatkan tentang kematian, para ustadz akan menyitir ayat Quran, antara lain, “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati,…  dan hanya kepada Kamilah kalian akan dikembalikan.” (QS 21: 35). Juga sabda Rasulullah dalam hadis: “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian)” (HR Tirmidzi).

Kematian bisa datang kapan saja tanpa bisa diduga. Oleh karena itu setiap manusia harus menyiapkan bekal untuk menempuh kehidupan setelah kematian. Apa bekalnya? Iman dan amal saleh. Kapan manusia harus beriman dan beramal saleh? Selambat-lambatnya sekarang juga, saat masih hidup.

Agen asuransi juga mengingatkan tentang kematian melalui penawaran produk asuransi jiwa. Setiap kali dia menawarkan asuransi jiwa, saat itu pula dia mengingatkan prospeknya tentang kematian. Tak jarang ada orang yang menghindari agen asuransi, karena katanya agen asuransi ngomongnya serem-serem melulu. Lho, ucapan para ustadz tentang kematian, kiamat, dosa, neraka, dll kok gak dibilang serem?

Kematian bisa datang kapan saja tanpa bisa diduga, dan kematian butuh biaya. Ada dua atau tiga biaya yang terkait kematian. Pertama, biaya pemakaman dan tradisi yang menyertainya, contoh tahlilan. Kedua, biaya hidup untuk orang-orang yang ditinggalkan, terutama jika kematian itu menimpa pencari nafkah dalam keluarga. Ketiga, membayar utang (jika ada, dan sangat mungkin ada untuk orang-orang zaman sekarang).

Oleh karena itu setiap orang harus menyiapkan biayanya. Kapan? Selambat-lambatnya sekarang juga, saat masih hidup. Jika kematian datang saat seseorang belum siap dengan biayanya, sangat mungkin dia akan merepotkan orang-orang yang hidup. Cara paling cepat mempersiapkan biaya kematian dengan hasil paling besar adalah melalui asuransi jiwa.

Jadi, baik ustadz maupun agen asuransi sama-sama mengingatkan orang-orang mengenai kematian. Bedanya, ustadz mengingatkan kematian supaya manusia menyiapkan bekal untuk kehidupannya sendiri di hari kemudian, sedangkan agen asuransi mengingatkan kematian supaya manusia menyiapkan bekal untuk kehidupan orang-orang yang ditinggalkan.

Kedua, ustadz dan agen asuransi sama-sama mengajak kita untuk tolong-menolong dengan sesama manusia.

Saat menyampaikan hal ini, ustadz akan mengutip ayat Alquran, antara lain: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan” (QS 5: 2). Juga Hadis Nabi: “Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba itu suka menolong saudaranya” (HR Muslim).

Asuransi itu juga pada hakikatnya adalah kegiatan tolong-menolong. Ketika ada orang sakit, dia butuh biaya, maka asuransi datang untuk membantunya. Ketika ada orang meninggal dunia, anak-istrinya butuh biaya hidup, maka asuransi datang membawa dana santunan. Tapi ada syaratnya: orang tersebut harus sudah masuk asuransi sebelum musibah sakit atau meninggal itu terjadi. Intinya adalah menolong lebih dulu (masuk asuransi dan bayar premi), baru berhak mendapatkan pertolongan.

Setiap peserta asuransi adalah penolong bagi peserta asuransi yang lain. Ketika ada peserta yang mengalami musibah, entah sakit, kecelakaan, cacat, meninggal dunia, maka diambillah dari dana yang telah dikumpulkan bersama untuk menolong peserta yang kena musibah tersebut.

Ketika seorang agen asuransi mengajak anda masuk asuransi, sebetulnya dia tengah mengajak anda untuk melakukan tolong-menolong dalam menanggulangi musibah bersama para peserta asuransi lainnya. Baik sekali, bukan?

Ketiga, ustadz dan agen asuransi sama-sama mengajarkan ikhlas dalam beramal.

Dalam hadis riwayat Bukhari Muslim dikatakan: “Sesungguhnya setiap amalan harus disertai dengan niat. Setiap orang hanya akan mendapatkan balasan tergantung pada niatnya. Barangsiapa yang hijrah karena cinta kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya akan sampai kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena menginginkan perkara dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya (hanya) mendapatkan apa yang dia inginkan.”

Setiap perbuatan tergantung pada niatnya, kata ustadz, dan niat yang ikhlas adalah niat karena Allah Swt.

Agen asuransi pun mengajak para nasabahnya untuk ikhlas ketika memberi melalui asuransi. Ikhlas artinya tidak mengharapkan uang premi yang telah dikeluarkan itu akan kembali. Asuransi konvensional menyebutnya biaya, dan biaya itu hangus sebagaimana biaya pengamanan dan ongkos kirim. Sedangkan asuransi syariah menyebutnya hibah atau sedekah, yang namanya sedekah harus ikhlas tidak boleh diminta kembali.

Contoh, ketika anda ikut asuransi JKN dari BPJS Kesehatan, anda harus ikhlas, tidak boleh mengharap premi yang anda bayar akan kembali kepada anda. Adapun jika anda sakit dan mendapat bantuan biaya berobat, itu adalah manfaat dari JKN yang merupakan hak anda.

Memang jika anda ikut produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi, alias unit-link, ada unsur investasi yang menjadi milik anda. Tapi unsur asuransinya tetap merupakan biaya (atau sedekah) yang harus anda ikhlaskan.

Keempat, ustadz dan agen asuransi sama-sama menganjurkan untuk menyantuni anak yatim.

Menyantuni anak yatim dan berbuat baik kepada mereka sangat dianjurkan dalam agama Islam. Di surga nanti, kedudukan orang yang menanggung anak yatim akan sangat dekat dengan Nabi Muhammad Saw. Kata Nabi: “Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya. (HR Bukhari).

Agen asuransi pun sangat menganjurkan orang untuk menyantuni anak yatim. Bukan hanya menganjurkan, tapi produk asuransi jiwa yang ditawarkan merupakan pelaksanaan dari anjuran itu. Kok bisa?

Ketika seorang ayah meninggal dunia, maka anak-anaknya akan menjadi yatim. Jika ayah ini tidak memiliki asuransi jiwa, dan hartanya pun belum seberapa, maka dia tidak mewariskan sesuatu pun yang berharga kepada anak-anaknya. Tapi lain halnya jika ayah ini memiliki asuransi jiwa, maka uang pertanggungan dari asuransi jiwanya akan menjadi santunan yang sangat berharga bagi anak-anaknya (dan istrinya yang jadi janda. Ingat, membantu janda juga kebaikan).

Mungkin ada yang berkata, “Itu sama saja mendoakan saya lekas mati dan anak saya jadi yatim dong?”

Tidaklah. Justru kami agen asuransi mendoakan anda selalu sehat dan sejahtera selamanya, agar anda selalu mampu bayar premi, juga agar perusahaan kami untung dan dan komisi kami pun lancar. Tapi dari jutaan nasabah perusahaan kami, jika dirata-rata, setiap hari selalu saja ada orang yang meninggal dunia. Jadi anak yatim baru selalu ada dan uang premi anda telah turut membantu kehidupan mereka.

Kelima, ustadz dan agen asuransi sama-sama mengingatkan agar manusia tidak sombong.

Orang sombong memandang dirinya paling benar, paling hebat, dan suka merendahkan orang lain. Orang sombong mengira hartanya adalah hasil usahanya sendiri dan mengira kesuksesannya akan kekal. Ada banyak sekali ayat Quran maupun hadis Nabi yang mencela sikap sombong.

Kata Alquran, “Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri” (QS 16: 23).

Nabi berkata, “Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya ada kesombongan sebesar biji sawi” (HR Muslim).

Tuhan tidak suka orang sombong, dan orang sombong tidak akan masuk surga, walaupun kesombongannya cuma secuil. Mengingat betapa berbahayanya sikap sombong ini bagi nasib kita di akhirat, mau tak mau kita harus menghilangkannya.

Ada orang ketika ditawari asuransi, dia berkata, “Ah, saya kan masih muda”, “Ah, saya kan sehat-sehat saja”, “Ah, saya kan rajin olahraga dan tidak merokok”, “Ah, riwayat orangtua saya dan nenek-kakek saya semuanya panjang umur”, “Ah, saya selalu berhati-hati dalam berkendara”. Dan sebagainya.

Apakah anda merasakan ada aroma kesombongan dalam ungkapan-ungkapan itu? Emangnya syarat mati kudu tua dulu? Emangnya orang yang rajin olahraga tidak akan sakit?

Asuransi bicara tentang yang serem-serem: sakit, kecelakaan, cacat, mati. Mengingat-ingat tentang hal-hal yang serem tsb sesungguhnya adalah satu cara untuk mengikis kesombongan. Setuju asuransi berarti menerima fakta bahwa kita manusia ini makhluk yang lemah dan fana, yang bisa sakit dan mati kapan saja. Setiap kali menyetor premi, setiap kali itu pula kita diingatkan tentang kelemahan dan kefanaan ini.

Rendah hati sekali, bukan? []

 

Untuk konsultasi tentang asuransi Allianz, silakan menghubungi saya:

Asep Sopyan (Business Partner Allianz)

HP/WA: 082-111-650-732 | Email: asepsopyan.asn@gmail.com | Youtube: 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *